Showing posts with label Kumpulan Rangkaian Elektronika. Show all posts
Amplifier 50 Watt | Rangkaian Amplifier 50 Watt | Amplifier Sederhana
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika on Sunday, May 23, 2010
Gambar rangkaian amplifier 50 watt
Rangkaian amplifier 50 watt diatas adalah merupakan rangkaian elektronika amplifier yang menggunakan transistor sebagai penguat. Catu daya yang digunakan adalah catu daya dengan tegangan 50 sampai dengan 60 volt. Untuk dijadikan peralatan sound system rangkaian ini masih cukup sederhana dan tidak mempunyai pilihan equalizer yang lebih memadai. Tapi mungkin rangkaian ini bisa berguna manakala anda mempunyai rangkaian yang membutuhkan penguatan dengan metode yang sederhana dan tidak menghabiskan biaya. Seperti contoh anda mempunyai rangkaian pengusir binatang yang outputnya hanya berkisar pada nilai miliwatt, sehingga rencana anda untuk mengusir binatang pengganggu dari rumah anda jadi kurang maksimal. Dengan rangkaian amplifier 50 watt yang sederhana ini saya yakin gelombang ultrasonic yang anda dapatkan akan lebih nendang.
Prinsip kerja rangkaian amplifier 50 watt diatas sebenarnya tidak terlalu .sulit untuk dimengerti. Rangkaian tersebut hanya menggunakan beberapa variasi dari rangkaian transistor sebagai penguat. Seperti pada beberapa rangkaian amplifier transistor pada umumnya, proses penguatan dilakukan pada bagian awal dan pertengahan proses. Sedangkan pada bagian akhir biasanya transistor tidak lagi berfungsi untuk menguatkan sinyal hingga berkali-kali, melainkan hanya untuk menjembatani antara sinyal keluaran yang sudah dikuatkan dengan loudspkeaker sebagai beban. Karena seperti yang pernah saya katakana sebelumnya bahwa, kebanyakan rangkaian penguatan transistor itu mempunyai impedansi keluaran yang cukup tinggi sehingga akan sangat terbebani apabila dibebankan dengan loudspeaker yang hanya mempunyai tahanan beberapa ohm saja. Mengapa demikian anda bisa membaca artikel saya tentang aturan pembagi tegangan dan pengali tegangan.
Daya yang dihasilkan oleh rangkaian amplifier diatas adalah kurang lebih 50 watt. Komponen yang digunakan tidak terlalu banyak dan juga pembuatan rangkaian tidak terlalu rumit. Anda bisa menambah koleksi rangkaian elektronika anda dengan rangkaian yang satu ini. Dan mungkin suatu saat anda akan membutuhkan rangkaian amplifier ini. Jika anda merasa 50 watt masih kurang memadai anda bisa mencoba rangkaian amplifer 100 watt dan amplifier 150 watt. Lihat juga rangkaian loudspeaker driver dan inverting amplifier.
Referensi :
http://www.circuittoday.comFREKUENSI METER | RANGKAIAN PENGUKUR FREKUENSI
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika on Thursday, May 6, 2010
Gambar rangkaian frekuensi meter | membuat alat penghitung frekuensi
Menurut yang saya tau frekeunsi secara maknanya adalah jumlah getaran atau gelombang dalam jangka waktu 1 detik. Dimana dikatakan satu gelombang jika terdiri dari satu lembah dan satu bukit. Frekuensi mempunyai satuan “Hertz”, sesuai degan nama penemunya dan alat ukurnya dinamakan sebagai “Frekuensi Meter”. Sedangkan untuk kebalikan dari frekuensi dinamakan dengan perioda, perioda adalah lamanya waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus gelombang. Banyak sekali kejadian-kejadian alam atau aktifitas manusia yang bisa menciptakan terjadinya rambatan gelombang. Tapi pembahasan saya kali ini hanya berkisar pada gelombang listrik. Gelombang listrik terdiri bermacam-macam bentuk gelombang, tetapi secara garis besar dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni gelombang satu arah (DC) dan gelombang dua arah (AC). Jika pada kedua jenis gelombang listrik tersebut mempunyai amplitudo yang tidak tetap atau dengan kata lain terjadi kenaikan atau penurunan nilai amplitude secara kontinyu maka bisa dipastikan gelombang tersebut mempunyai nilai frekeunsi lebih besar dari 0 Hz.
Bila anda seorang yang hoby elektronika mungkin sudah terbiasa dengan yang namanya multimeter. Multimeter merupakan alat ukur serbaguna yang biasa digunakan untuk mengukur besarnya tahanan, arus ataupun tegangan listrik dari suatu komponen atau rangkaian elektronika. Multimeter terbagi menjadi multimeter analog dan multimeter digital. Dimana multimeter digital memiliki fungsi yang lebih lengkap dibanding dengan yang analog seperti penambahan fungsi pengukuran frekuensi, tetapi sayangnya harganya akan terasa memberatkan bagi anda yang memilki dompet yang tipis. Tetapi tenang saja, pepatah mengatakan banyak jalan menuju Roma. Kesempitan dan keterbatasan biasanya akan membuat seseorang kreatif. Anda bisa membuat sendiri alat pengukur frekuensi dengan kreasi yang anda sukai. Karena rangkaian frekuensi meter diatas adalah merupakan rangkaian penghitung frekuensi yang sangat sederhana.
Prinsip Kerja Rangkaian Pengukur Frekuensi
Cara kerja dari rangkaian pengukur frekuensi diatas sebenarnya sangat mudah untuk dimengerti. Anda jangan terkecoh dengan jumlah komponen yang digunakan. Rangkaian diatas terlihat lebih rame karena adanya rangkaian pendukung untuk tampilan seven segment dan rangkaian pewaktu atau monostable. Rangkaian diatas bekerja memanfaatkan pewaktu yang sengaja diatur pada jangka waktu 1 (satu) detik. Sedangkan untuk menghitung jumlah frekuensi dimanfaatkan siklus positif dari sinyal input itu sendiri. Dimana sinyal input tersebut dijadikan sebagai clock pada rangkaian counter. Kemudian sinyal pengatur waktu satu detik dari rangkaian monostable kemudian dikalikan logikanya dengan sinyal input dengan menggunakan gerbang AND. Sehingga pada saat sinyal dari monostable berlogika tinggi selama satu detik, maka input clock pada rangkaian counter akan mendapat logika sama seperti pada sinyal input pengukuran. Tetapi setelah satu detik sinyal dari monostable akan bernilai 0 volt sehingga perhitungan frekuensi dihentikan.
Rangkaian penghitung frekeunsi diatas merupakan contoh yang sangat sederhana dan berlaku bagi sinyal pengukuran yang mempunyai tegangan 3 volt sd 9 volt. Sedangkan untuk tegangan pengukuran yang lebih kecil dari 3 volt akan dibaca oleh gerbang AND sebagai logika rendah walaupun terjadi ayunan sinyal. Kemudian tegangan yang terlalu besar juga akan dapat menyebabkan kerusakan pada rangkaian.
Tetapi anda dengan bisa dengan mudah memodifikasi rangkaian diatas menjadi lebih komplek. Misalnya dengan menambahkan rotary switch pada bagian input dengan setiap jalur diberi resistor penahan arus dari sumber tegangan yang besar. Nilai resistor-resistor dibuat bervariasi sesuai dengan tegangan range pengukuran. Yang penting semakin besar range tegangan akan diukur maka membutuhkan nilai resistor yang lebih besar pula. Kemudian untuk mengukur tegangan yang lebih kecil anda bisa mengunakan rangkaian penguat satu transistor supaya sinyal input tersebut bisa berpengaruh pada gerbang AND. Yang terakhir, rangkaian diatas menggunakan gerbang sebagai penentu logika untuk kemudian dilanjutkan menuju rangkaian pengcacah, sehingga sinyal yang berbentuk kotak adalah sinyal yang paling tepat pengukurannya dibanding dengan bentuk sinyal sinus atau yang lain. Jadi anda bisa juga menggunakan rangkaian pembentuk sinyal kotak dengan IC Op-Amp atau gerbang schimitt trigger sebagai pemasti logika. Pokoknya anda bisa berkreasi sendiri sesuai dengan keinginan anda, yang pasti cara kerja dari rangkaian frekuensi meter atau rangkaian penghitung frekuensi diatas sudah anda pahami.
PRINSIP KERJA OSCILLATOR WIEN | RANGKAIAN OSCILLATOR SEDERHANA
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika on Sunday, May 2, 2010
Gambar rangkaian oscillator jembatan wien
Jujur saja saya tidak merancang sendiri rangkaian oscillator tersebut diatas. Saya hanya mendapatkan rangkaian tersebut dari sample circuit suatu software elektronika. Rangkaian oscillator wien diatas menggunakan IC Op-amp sebagai komponen pembangun jembatan. Pada dasarnya rangkaian oscillator diatas tidak terlepas dari sifat rangkaian penguatan op-amp pada umumnya. Hanya saja memanfaatkan sifat pengisian dan pengosongan kapasitor sebagai pencipta kondisi ayunan sinyal. Coba lihat pada input positif op-amp, sinyal input diperoleh dari pembagian tegangan antara rangkaian resonansi RC seri dan RC parallel. Dimana dari rangkaian inilah proses pembangkitan sinyal yang berbentuk sinusoidal (anda bisa melihat prinsip kerja rangkaian resonansi LC).
Untuk mencari nilai frekuensi dari rangkaian diatas anda bisa menggunakan rumus adalah 2*pi*R*C. Dimana pada rangkaian diatas R=20kohm and C=10nF. Dioda zener yang dipasang terbalik berpasangan berfungsi supaya sinyal yang dihasilkan tidak seperti sinyal kotak melainkan sinyal sinusoidal yang sempurna. Anda bisa saja mengganti tegangan supply menjadi +9V & -9V jika anda tidak mempunyai supply 15 V, tetapi sinyal output yang dihasilkan akan mempunyai tegangan maksimal 9 volt. Jika anda ingin membuat rangkaian catu daya dengan dua potensial anda bisa klik disini.
Rangkaian oscillator wien adalah menurut saya salah satu rangkaian oscillator yang cukup sederhana. Hanya dengan menggunakan satu buah IC Op-Amp dan beberapa buah resistor dan kapasitor serta dua buah dioda. Anda bisa menggunakan dioda zener 5 volt untuk kedua dioda zener di atas. Jadi anda bisa menjadikannya sebagai proyek percobaan, hitung-hitung nambah koleksi rangkaian elektronika didalam kepala. He..he..
RANGKAIAN CHARGER OTOMATIS | PRINSIP KERJA CHARGER BATERE OTOMATIS
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika
CHARGER BATERE OTOMATIS | RANGKAIAN PENGISI BATERE OTOMATIS
Gambar rangkaian charger batere otomatis | Gambar rangkaian pengisi batere otomatis
Pada dasarnya rangkaian yang saya rancang diatas memiliki cara kerja yang sangat sederhana, dimana rangkaian tersebut dirancang supaya tidak terjadi short circuit atau hubungan pendek antara tegangan supply dengan batere yang akan di-charge. Memang benar jika ada salah seorang ingin mencoba untuk mengghubungkan langsung antara supply dengan batere maka batere bisa dipastikan akan terisi. Tetapi arus yang mengalir melalui batere yang dicharge tidak bisa dikontrol serta jika batere sudah penuh maka batere tersebut akan rusak atau soak jika tetap pada kondisi hubungan pendek.
Prinsip Kerja Charger Batere
Pada saat batere kosong kita pasang pada terminal pengisian, transistor Q1 akan langsung aktif dikarenakan arus akan mengalir melalui R1 dan akan memicu basis transistor Q1. Pada kondisi ini arus yang akan mengisi batere sebagian besar berasal dari kolektor Q1 yang terhubung langsung dengan terminal positif supply. Kemudian selama proses pengisian berlangsung kenaikan tegangan pada batere akan memperbesar arus yang mengalir pada basis Q2 melalui R5 10 Kohm, VR1 dan dioda D2. VR1 merupakan komponen yang digunakan sebagai kalibrasi awal untuk menentukan posisi yang tepat dalam perencanaan proses switching rangkaian. Untuk VR1 anda bisa menggunakan trimpot atau potensio sesuai dengan selera anda. Pada awal pengisian, aturlah potensio pada posisi led indicator D3 pada kondisi mati, serta arus yang mengalir masuk pada kolektor Q1 tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Jika batere sudah terisi penuh maka led indicator secara otomatis akan menyala dikarenakan kenaikan tegangan pada batere yang di charge akan menyebabkan kenaikan arus yang mengalir pada basis transistor Q2 serta akan memutuskan siklus pengisian akibat transistor Q1 mengalami cut-off dikarenakan kekurangan arus basis. Mengapa pada kondisi tersebut Q1 akan mengalami kekurangan arus basis hal ini dikarenakan hampir semua arus yang mengalir pada R1 10 Kohm akan berpindah ke dioda D1 yang secara logika terhubung langsung dengan ground akibat Q2 mengalami jenuh.
.
Daftar Komponen
1. Resistor : R1 (10 Kohm), R2 (680 ohm), R3 (100 Kohm), R5 (10 Kohm) dan VR1 (Potensio / Trimpot = 100 Kohm)
2. Dioda : D1 & D2 ( IN4002) dan D3 (Led)
3. Transistor : Q1 dan Q2 (2N3904)
4. Catu daya 9 volt
CHARGER ACCU OTOMATIS | RANGKAIAN PENGISI AKI OTOMATIS
Gambar rangkaian charger accu 12 volt otomatis | Gambar pengisi aki otomatis
Untuk rangkaian pengisi accumulator di atas mempunyai cara kerja yang sama dengan rangkaian charger batere di atas. Dimana pada kedua rangkaian memanfaatkan kenaikan tegangan pada batere untuk mentrigger komponen switching pemutus pengisian rangkaian. Hanya saja jika kita menggunakan transistor seperti pada rangkaian pengisi batere otomatis, besarnya arus yang diloloskan melalui kolektor berbanding linier dengan penurunan arus yang mengalir pada basis akibat kenaikan tegangan batere yang di-charge. Tetapi jika menggunakan SCR seperti pada rangkaian pengisi batere, perbandingan arus gate dengan source tidak linier, atau dengan kata lain SCR tidak berfungsi sebagai penguat tetapi hanya sebagai saklar elektronik. Itu sih sebenarnya analisa saya secara simple, tetapi secara teoritis pasti ada rumus dan perhitngan secara matematis pada masing-masing komponen sesuai sfesifikasinya.
Untuk pengaturan awal rangkaian anda cukup memutar potensio atau trimpot hingga led indicator dalam keadaan mati dan arus yang mengalir memasuki source SCR tifak terlalu besar. Jika batere sudah terisi penuh maka led indicator akan menyala secara otomatis. Jika pada prakteknya anda mengalami kendala dan merasa nilai dari potensio atau resistor yang lain tidak sepenuhnya tepat, anda bisa memodifikasinya sendiri seusai dengan keinginan sendiri. Yang penting jika garis besar dari cara kerja rangkaian sudah anda pahami, anda bisa mengembangkan sesuai selera.
Saran : Sebaiknya anda menggunakan protoboard terlebih dahulu dalam membuat rangkaian charger batere otomatis dan charger accu otomatis di atas. Jika kerja rangkaian telah sempurna baru anda bisa membuatnya dengan PCB.
POWER SUPPLY DENGAN TRAFO CT | RANGKAIAN POWER SUPPLY DUA POLARITAS | CATU DAYA POSTIF DAN NEGATIF
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika on Saturday, May 1, 2010
Gambar rangkaian power supply dengan trafo CT | Gambar rangkaian power supply dua polaritas
Sebenarnya pada awal saya belajar mengenai rangkaian elektronika saya pernah merasa bingung dengan adanya beberapa rangkaian yang membutuhkan supply dengan polaritas negatif. Seperti kebanyakan pada rangkaian op-amp yang membutuhkan catu daya positif dan negatif. Saya pernah kepikiran bahwa pada catu daya negatiif memiliki arah arus yang berasal dari terminal negatif menuju terminal positif catu daya. Padahal sebenarnya tidak ada yang harus dibingungkan dengan kondisi tersebut, polaritas negatif yang dimaksud dari rangkaian catu daya adalah pengkoneksian yang terbalik dari catu daya postif.
Cobalah anda melakukan pengukuran pada suatu rangkaian power supply dengan menggunakan multimeter. Bila anda menghubungkan antara terminal positif power supply dengan positif multimter maka nilai tegangan yang anda dapatkan adalah tegangan yang positif. Tetapi bila anda membalikkan pengukuran dengan menukar posisi positif multimeter terhubung dengan negatif power supply dan negatif multimeter terhubung dengan positif power supply maka nilai yang anda dapatkan adalah nilai catu negatif. Hal itu ditunjukkan oleh arah jarum multimter yang mengarah ke kiri atau terbalik. Lebih jelas lagi bila anda menggunakan multimeter digital, nilai yang ditampilkan pada multimeter akan bernilai negatif.
Pada rangkaian power supply diatas menggunakan trafo yang memiliki terminal center tap atau CT. Sebenarnya yang dimaksud dengan center tap adalah titik tengah dari lilitan transformator. Jadi jika anda tidak memiliki trafo ct anda bisa juga menggunakan trafo biasa sebagai pengganti. Seperti contoh anda membutuhkan supply catu +6 volt dan -6 volt, maka anda bisa menggunakan terminal 6v dan 12v pada trafo biasa. Artinya anda menggunakan terminal 6v sebagai terminal tengah atau center tap atau ground, terminal 12v sebagai +6 volt dan terminal 0v sebagai -6 volt. Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa jika dilakukan pengukuran pada kedua terminal +6 volt dan -6 volt maka tegangan yang diperoleh adalah 12 volt. Jadi pada dasarnya trafo CT sebenarnya sama dengan trafo biasa.
Lihat juga rangkaian cara kerja power supply, penyearah, catu daya dioda zener , adjustable power supply…
RANGKAIAN SENSOR AIR | SKEMA RANGKAIAN SENSOR AIR
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika on Sunday, April 18, 2010
Gambar rangkaian sensor air | Skema rangkaian sensor air
Pada kesempatan kali ini saya mungkin tidak perlu banyak penjelasan terhadap analisa rangkaian. Sebenarnya menurut saya kedengarannya tidak cukup tepat apabila kita sebut sebagai sensor air terhadap dua kawat yang terpisah dan akan terhubung oleh air. Tapi supaya kedengarannya kompak dengan rangkaian pendeteksi yang lain maka saya sebut saja sebagai rangkaian sensor air. Memang benar logika anda jika anda berpikir bahwa air itu adalah sebagai konduktor dan kita hanya memerlukan dua kawat pada posisi terbuka, kemudian kawat tersebut akan tersambung bila dimasukkan ke dalam genangan air. Sebagai bahan pertimbangan anda untuk merancang rangkaian yang lebih komplek mungkin sedikit celoteh ini akan bisa memberikan sedikit bantuan bagi anda. Air bukanlah seperti halnya seutas kawat yang idealnya memiliki nilai resistansi 0 ohm. Air juga memiliki nilai resistansi yang cukup besar, kalau tida salah kisaran ribuan ohm. Jika anda tidak mengetahui hal ini mungkin kelak pada saat rancang bangun rangkaian yang berhubungan dengan air seperti rangkaian level air anda akan sedikit kebingungan.
Kelak rangkaian yang sangat sederhana ini bisa anda kembangkan menjadi rangkaian yang lebih komplek untuk kebutuhan rumah tangga anda. Seperti contoh anda bisa membuat rangkaian pendeteksi level air guna mengkondisikan level bak penampungan air secara otomatis. Anda bisa langsung mengkondiskan waktu pengaktifan dan peng-non aktifan pompa air atau anda bisa juga mengkondisikan penutupan dan pembukaan valve (kran air) sebagai control otomatis terhadap bak penampungan air di rumah anda.
Lihat juga rangkaian sensor yang lain yaitu cahaya, suhu, suara, gerak, air dan infra merah.
Rangkaian Sensor Suhu | Skema Rangkaian Sensor Suhu
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika
Pada rangkaian ini juga saya tetap memanfaatkan fungsi monostable dari IC 555 sebagai penahan aktif rangkaian alarm selama waktu yang ditentukan. Jika anda tidak ingin menahan kondisi output sensor pada saat terjadinya sinyal trigger dari rangkaian sensor maka anda tidak perlu menggunakan IC 555 beserta rangkaian monostable-nya.
Gambar rangkaian sensor suhu | Skema rangkaian sensor suhu
Daftar Komponen :
1. Resistor : R1 (100 Kohm), R2 (10 Kohm), R3 (47 Kohm), R4 (1 Kohm) dan VR1 (potensio 10 Kohm)
2. Kapasitor : C1 (10 uF) dan C2 (1 uF)
3. Dioda : D1 (IN 4002)
4. Transistor : Q1 (BC 107)
5. Thermistor
6. IC 555
7. Relay 9 volt
8. Rangkaian alarm (sesuai selera)
Prinsip Kerja dan Analisa Rangkaian :
- R3, Thermistor dan VR1 dipasang seri supaya dapat menentukan pembagian tegangan yang sesuai yang akan diberikan ke transistor switching.
- Tegangan supply adalah sama dengan jumlah tegangan yang jatuh pada R3, Thermistor dan VR1. Tegangan pada VR1 paralel terhadap basis transistor, sehingga pada saat tegangan pada VR1 mencapai 0,7 volt maka transistor akan aktif dan men-trigger rangkaian monostable.
- Thermistor dipasang pada bagian atas dari VR1 dimaksudkan supaya pada saat suhu naik tegangan pada titik trigger (basis transistor = VR1) akan mengalami kenaikan, dikarenakan thermistor (NTC) tersebut akan mengalami penurunan nilai resistansi seiring dengan kenaikan suhu.
- Anda bisa saja menukar posisi thermistor dengan VR1 dengan tujuan agar rangkaian alarm akan aktif pada saat suhu mengalami penurunan.
- Anda bisa juga meengganti nilai R3 dan VR1 untuk mendapatkan sensitifitas yang sesuai dengan karakteristik thermistor yang anda miliki dan sesuai keinginan anda.
Anda bisa download rangkaian sensor suhu ini dengan meng-copy saja halaman postingan ini, lihat juga rangkaian sensor yang lain seperti : rangkaian sensor cahaya, infra merah, suara, sentuh, air dan gerak.
Rangkaian Amplifier Dengan Transistor | Rangkaian Amplifier Transistor Sederhana
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika on Saturday, April 17, 2010
Apabila anda ingin bereksperimen dengan rangkaian elektronika dan membutuhkan penguatan pada tegangan keluaran dengan menggunakan dua buah transistor, berikut adalah rangkaian amplifier sederhana yang menggunakan 2 buah transistor. Rangkaian ini menghasilkan penguatan kurang lebih 200 kali dan bisa anda gunakan pada penguatan sinyal yang mempunyai frekuensi rendah. Anda bisa memodifikasi rangkaian ini bila anda ingin menguatkan sinyal yang mempunyai frekuensi tinggi dengan mengganti transistor yang lebih sesuai seperti 2N2222 dan nilai kapasitor yang lebih kecil.
Jika anda sedang membuat rangkaian sensor suara dan hasilnya kurang memuaskan dikarenakan rangkaian surang peka, maka anda bisa menggunakan penguatan transistor ini tanpa harus mebuat rangkaian amplifier dengan menggunakan IC op-amp yang membutuhkan dua buah catu daya. Rangkaian penguat transistor ini merupakan rancangan rangkaian penguat transistor pada umumnya, dimana pada setiap terminal basis digunakan dua buah resistor pembagi tegangan sebagai pengatur nilai penguatan. Kemudian pada emitor dan gorund dipasang kapasitor guna bisa memperkuat sinyal input pada siklus negative.
Daftar Kompnen :
1. Resistor
- 220 ohm 1 buah
- 330 ohm 1 buah
- 680 ohm 1 buah
- 1 Kohm 1 buah
- 5,6 Kohm 2 buah
- 10 Kohm 2 buah
- 56 Kohm 2 buah
2. Kapasitor
- 2,2 uF 3 buah
- 10 uF 2 buah
3. Transistor
- 2N3904 2 buah
Lihat dasar transistor sebagai penguat ...
http://www.electronicandlife.blogspot.com
RANGKAIAN PENERIMA RADIO FM SEDERHANA | RANGKAIAN RADIO FM TRANSISTOR SEDERHANA
Posted by Kaka in Kumpulan Rangkaian Elektronika on Saturday, April 10, 2010
Baiklah pada kesempatan kali ini saya akan berceloteh sedikit mengenai rangkaian penrima fm yang bisa dibilang cukup sederhana. Jujur saja rangkaian penerima ini bukan buatan atau rancangan saya sendiri, tapi saya yakin rangkaian ini bisa berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Saya saranakan jika anda seorang yang hobby atau senang berkreasi dengan rangkaian elektronika supaya menggunakan protoboard agar bisa melakukan modifikasi sesuai dengan analisa anda sendiri sehingga pada akhirnya anda akan mengerti prinsip kerja rangkaian tersebut sesungguhnya.
Gambar rangkaian penerima radio FM sederhana
Daftar Komponen
1. Resistor : R1 (10 Kohm), R2 (1,2 Kohm), R3 (10 ohm), VR1 (1 Kohm) dan VR2 (10 Kohm)
2. Kapasitor : C1 (0,001 µF), C2 (15 pF), C3 (100 µF), C4 (4,7 pF), C5 (0,047 µF), C6 (0,1 µF), C7 (0,0047 µF), C8 (10 µF), C9 (10 µF), C10 (0,47 µF), C11 (220 µF), C12 (0,1 µF) dan VC1 (Varco 15 sd 120 pF)
3. Induktor : L1 (kawat email 1 mm, 7 lilitan, inti udara, diameter 10 mm) dan L2 (kawat email 0,3 mm, 30 lilitan, diameter 7 mm)
4. IC : LM 386
5. Transistor : FET 2N3819
6. LoudSpeaker
7. Antenna
Rangkaian di atas merupakan salah satu contoh rangkaian penerima fm yang cukup sederhana dengan hanya menggunakan satu buah transistor FET. Sedangkan pada IC LM386 hanya digunakan sebagai penguat sinyal keluaran, anda bisa menggunakan rangkaian amplifier dengan jenis yang lain baik itu dengan menggunakan transistor atau IC penguatan lainnya atau menggunakan amplifier yang sudah jadi yang anda beli dari pasar dengan menghubungkan keluaran dari C6 sebagai input amplifier. Jantung dari rangkaian penerima fm diatas adalah terletak pada transistor FET. VC1 adalah variable kondensator atau varco yang digunakan sebagai penala frekuensi atau pemilih frekuensi dari sinyal yang akan diterima.
Anda bisa lihat juga rangkaian wireless microfon atau memahami prinsip dasar rangkaian radio.